Bapak

Saat aku menulis blog ini, waktu menunjukkan pukul 00.57 pagi, hari senin tanggal 14 Desember 2020. Aku baru saja menyelesaikan beberapa list to do yang sebenarnya masih ada beberapa yang harus aku selesaikan dalam minggu ini, tetapi aku sedang mood untuk menulis ini. 

Ini adalah cerita tentang diskusiku dengan bapak kemarin malam.

Aku adalah tipe orang yang ke-curiosity-annya tinggi banget. Bahkan dalam satu waktu, aku bisa berpikir banyak hal untuk di rencanakan. Contohnya, saat aku bekerja aku selalu menyambi telingaku untuk mendengarkan podcast/kajian yang bisa menutrisi otakku, sambil membuat plan selanjutnya -setelah jam makan siang atau pulang dari kantor- aku akan kemana dan ngapain. 

Aku juga orang yang multitasking, that's why I love to do lots of things in a one time. Aku sering sekali  mengerjakan jenis pekerjaan berbeda dalam waktu yang bersamaan tetapi ini susah untuk dijelaskan. Itulah kenapa selain bekerja sebagai karyawan di perusahaan, aku juga mulai menjalankan 2 jenis bisnis online shop, mengerjakan pekerjaan freelance diluar kantor, dan rutin berinvestasi saham (walaupun tidak dalam jumlah besar tetapi terbilang stabil sampai saat ini), tidak lupa aku selalu refresh my soul every weekend too. 

Sebagai orang yang otaknya diisi banyak pikiran dan planning, mau ngga mau banyak hal yang akhirnya perlu aku diskusikan dengan orang yang tepat, satu frekuensi, dan satu pemikiran. Dan ini jujur susah sekali aku temukan di lingkungan temanku. 

So far, bapakku adalah satu satunya orang yang ternyata begitu menguasai banyak hal dan materi which is unexpected for me that he can answer all my questions with logically and also based on the Holy Qur'an. Bahkan, beliau hafal di surat berapa dan ayat berapa jawaban untuk setiap pertanyaanku. Bapak selalu bacakan ayatnya dan tidak lupa dengan artinya, sampai-sampai aku jadi belajar bahasa Arab juga pada akhirnya. Kenapa aku takjub? Karena jujur aku sendiri jarang berdiskusi panjang dengan bapak. Kita kalau ngobrol hanya seperlunya aja bahkan dulu sama sekali tidak dekat. 

Kemarin kami berdiskusi panjang sekitar 3 jam tentang banyak hal mulai dari isu dunia terkini, isu nasional, dan juga strategi bersosialisasi dalam lingkungan yang aku benar-benar baru belajar sejak hidup di Bali dimana tingkat keberagamannya begitu tinggi. 

Kadang, saking banyaknya pertanyaan di otak, biasanya pertanyaan tersebut aku kelompokkan dan aku tanyakan ke beberapa orang yang berbeda karena tidak semua orang menguasai hal-hal tersebut. Tetapi, aku benar-benar kagum dengan sosok bapak karena beliau begitu berintelektual dan menguasai banyak hal bahkan cara penyampaiannya pun benar-benar baik dan dapat mudah diterima. 

Aku juga baru sadar itulah kenapa kakak dan adikku selalu meminta aku berdiskusi dengan bapak sebelum mengambil keputusan, tetapi aku mengabaikannya. Saat itu aku merasa karena aku perempuan dan mungkin bapak belum tentu bisa mengerti posisi itu sehingga kadang aku hanya berdiskusi dengan ibu. 

Sejak diskusi kami kemarin, aku memutuskan untuk akan selalu bertanya kepada beliau tentang apapun itu karena benar-benar terjawab dan pas. Aku sekarang mengerti kenapa bapak pintar sekali dalam hal berdiplomasi sehingga banyak teman-temannya yang setia dengannya bahkan menghormatinya. 

Sejak diskusi itu, aku menetapkan bahwasannya aku harus memiliki pasangan yang memiliki tingkat intelektualitas yang sama dengan bapak. Dan saat ini aku baru meyakini pepatah tentang standar jodoh anak perempuan adalah seperti ayahnya. 


Denpasar, 14 Desember 2020

Komentar