Contoh Sebuah Relasi Terbentuk

Ini adalah sebuah cerita tentang bagaimana koneksi/jaringan bisa terbangun dimana saja.

Cerita ini bermula sekitar 5 bulan lalu saat aku dan ibuku mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kota Bandung, Pasar Baru. Aku dan ibu berniat membeli sesuatu sekaligus berjalan-jalan sebelum akhirnya kembali ke Subang, Jawa Barat. 

Di dalam mal, tepatnya saat kami akan memasuki llift aku melihat seseorang yang terlihat sedang kebingungan. Sepertinya dia turis dari India dan mungkin sedang mencari sebuah tempat. Lalu saat kami berada di dalam lift, dia tetap terlihat kebingungan. 

Sebagai orang yang suka berpergian jauh, dan kebingungan saat berada di wilayah orang tentu aku ngga akan biarkan dia kebingungan dong ya.. Apalagi turis asing gaboleh sampe dapet image jelek tentang Indonesia dalam perspektifku. 

Lalu aku mencoba bertanya ke dia mungkin ada yang bisa aku bantu? Tentunya dengan bahasa Inggris.

Lalu dia menjawab bahwa dia ingin ke pusat makanan (food court) di gedung itu. 

Walaupun aku baru pertama kali ke gedung itu, karena aku arsitek dan pernah merancang sebuah pusat perbelanjaan (hahaha) otomatis aku langsung analisis kalau mungkin ada di lantai paling atas (biasanya memang food court diletakkan paling atas). Dan kebetulan aku dan ibukupun memang berniat ke lantai paling atas juga. Lalu aku minta dia untuk mengikuti kami. 

Sesampainya di lantai paling atas, ternyata benar langsung ada orang-orang yang menawarkan makanan ketika kami keluar lift. Lalu aku berpamitan sebelum akhirnya kami berpisah. Dia mengucapkan banyak terimakasih. 

Aku dan ibuku belanja sepatu dan sendal di lantai atas (dapet rekomendasi dari satpam di lantai bawah haha). Kami sempat pindah2 ke 2 toko, pilih2, dan barging harga sebelum akhirnya deal (biasalah perempuan). Setelah selesai kami turun untuk membeli kerudung di lantai bawah. 

Saat kami menuju kearah lift, tiba2 orang itu datang lagi menghampiriku. Aku kaget dong kok ada dia lagi/ wkwkwk Lalu ternyata dia mau cari tempat yang cepat saji aja karena waktu dia ngga banyak disana dan jadwal keretanya sudah hampir dekat. Pikirku: harusnya dari tadi dia langsung turun and nanya orang. Tapi mungkin susah untuk hal komunikasi dengan yg lain ya.

Akhirnya aku bertanya pada satpam dekat lift dan beiau menyarankan aku untuk ke KFC di sebrang bangunan. Aku sampaikan ke orang itu bahwasannya ada restoran cepat saji di sebrang gedung dan dia hanya perlu turun lift. Karena aku dan ibuku juga mau turun, akhirnya kita sama2 nunggu lift terbuka saat itu.

Dia meminta alamat igku (ini agak aneh, tapi mungkin ini budaya mereka). Saya kenalkan dia dengan ibuku yang daritadi terpatung menyimak pembicaraan kami dengan bahasa asing hahaha dan kujelaskan bahwasannya ibuku terlihat bingung dengan bahasa yang kita gunakan. Lalu dia menyapa dengan hormat. 

Aku bertanya asal dia, dan ternyata dia dari Kerela, dimana dua bulan sebelumnya di kantorku ada anak magang dari Kerela juga. Kujelaskan dan akhirnya kita ada bahan untuk dibincangkan. Lalu dia bertanya profesiku, dan aku menjawab bahwa aku seorang Arsitek di Bali. Aku pun balik bertanya profesinya, dan ternyata dia seorang dokter. 

Seperjalananku menuju Subang, aku baru sempat buka instagram. Aku lalu accept pertemanan dan balik memfollownya. Kulihat dari isi feed instagramnya ternyata dia seorang muslim. Ada postingan saat dia di Makkah, saat dia sedang berada di klinik juga rumah sakit, dan ternyata kakak perempuannya seorang dokter gigi. Keluarga dokter, pikirku.

Tak lama dia mengirimiku pesan di Instagram, mengucapkan Assalammualaikum dan juga terimakasih telah membantunya. I said it was nothing. Lalu aku bilang ke dia bahwa aku kaget mengetahui dirinya Islam. Lalu dia membalas bahwasannya populasi Islam terbesar kedua setelah Indonesia adalah India. Hahaha aku tau itu, terlebih Kerela. 

Dia bilang bahwa dia sangat mengagumi perempuan Indonesia. Baik, ramah, cantik, dan yang terpenting cerdas (really??). Dia bilang bahwa dirinya kagum ketika aku bisa menebak asal usul nama Ali, yakni dari sebuah petinju dunia ternama, Mohamad Ali. Kayaknya rata2 orang tau, isn't it? Dan ternyata usianya hanya beda 2 tahun diatasku. 

Dia cerita bahwasannya dia ingin sekali ke Bali tetapi khawatir karena mungkin sulit menemukan Masjid di Bali. Exactly, jawabku. Lalu dia menjelaskan bahwasannya di Indonesia dia sedang melakukan perjalanan ke beberapa kota untuk beberapa agenda pertemuan termasuk Bandung, Jakarta dan Bogor. Dia menawarkanku untuk berkunjung ke Kerela dengan transportasi dan akomodasi akan dia tanggung sepenuhnya. Aku jawab tidak, karena kalaupun iya aku akan berusaha menggunakan uangku sendiri. 

Hubungan kami berlanjut terlebih saat dia menawarkan kerjasama/bisnis dengan temannya di Iran. Aku masih mempelajari hal ini. Karena bisnis yang dia tawarkan sangat profitable dan perlu riset yang cukup sebelum menyelaminya. Satu hal yang pasti, aku jadi belajar dan mengerti kenapa seorang pebisnis bisa menghasilkan uang yang banyak.  

Intinya, jangan pernah untuk takut keluar dan berkenalan dengan orang baru, siapapun itu. Tidak ada yang pernah tau jalan apa yang Allah siapkan untuk kita melalui orang lain. 

Komentar