Hidupnya Manusia

Dilematis menjalani hidup yaitu ketika sadar bahwa kita hidup memang tidak pernah bertemu ujung.
Alih-alih ingin bertahan hidup, ketika berada di posisi terbaik justru tetap hitung-hitung.

Manusia itu misterius.
Di satu sisi kita bisa bertemu dengan orang yang betul-betul peduli dengan orang miskin.
Di sisi yang lain justru kita juga bisa bertemu dengan orang yang tidak bisa melihat bahwa orang tersebut miskin.
Entah memang tamak, atau mungkin mereka meyakini bahwa hukum alam memang seperti itu.
Sehingga membantu pun tiada guna.

Ada yang bertanya,
mengapa diciptakan kalau memang tidak bisa dituntaskan?
mengapa seakan manusia seperti boneka dalam panggung pertunjukkan?

Aku justru balik bertanya:

Kenapa sih harus ada pertanyaan seperti itu?
Bukankah sedari awal kita tahu bahwa dunia memang panggung pertunjukkan?
Kalau memang sudah yakin, kenapa harus ada pertanyaan?

Dalam keyakinanku, menjadi manusia itu pilihan.
Kalau kamu yakin akan tujuan hidup sebenarnya untuk apa, berarti kamu manusia.
Juga sebaliknya.
Jika kamu tidak yakin, kamu tidak akan pernah mengajukan pertanyaan tersebut (yang artinya itu bukan manusia).

Hidup itu pilihan.
Pilihan untuk menuju ke arah mana.
Mau berujung baik, atau buruk itu terserah.
Tetapi menuju ke arah baik itulah hakikatnya menjadi manusia.

Komentar