Two Days A Night with Mariel and Bennet

Tanggal 17 April 2019 akhirnya aku kembali terbang ke Singapura..

Kali ini berbeda, karena aku pergi seorang diri tanpa ada satu orangpun yang menemani. Ciyeelaah. Tapi aku senang, karena aku kan independent woman jadi ngga boleh manja!

Jane datang tiba-tiba dan meminta aku mengijinkannya menginap di tempatku supaya dia bisa mengantarku ke Bandara Adi Sudtjipto Yogyakarta esok paginya. Ini cewe peka banget, pikirku. Saat itu aku memang sedang dalam keadaan sangat tidak baik. Kondisiku drop karena habis lembur dan begadang semalaman di luar plus terkena angin malam. Muntah-muntah, masuk angin, bahkan makanan pun ngga masuk. Haduh.. bingung sebenernya. Tapi tiket udah terlanjur kubeli karena ada schedule disana. That's why she want to treat me well at that night. Aku ngga punya someone who can treat me so great like her. So, aku yakin orang yang dapetin Jane beruntung nantinya. Once again, thanks a bunch, Jane!


Jadwal penerbanganku jam 08.00 WIB dan harus sudah boarding 1 jam sebelumnya. Tetapi drama pun dimulai sejak pagi itu. Motor yang dikendarai Jane tiba2 mogok ditengah jalan. Aku terpaksa meninggalkan dia di Jl. Ringroad Utara dan melanjutkan perjalananku dengan taxi online. Di jalan aku coba menghubungi Miko untuk membantu Jane mencari bengkel, dan Alhamdulillah teman-temanku selalu standby dalam hal tolong-menolong.

Bandara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta


Aku beruntung tidak telat boarding maupun jadwal terbang. Di pesawat aku pesan makanan untuk sarapan karena belum ada makanan masuk ke perutku. Tetapi ternyata badanku masih menolak makanan. Haiiissh.. Aku muntah lagi di pesawat. That's really bad condition, actually. Aku bingung sesampainya nanti, apakah aku harus melanjutkan jadwal sesuai planning awal dengan Mariel atau bagaimana. Karena aku sepertinya benar-benar butuh istirahat. Minggu itu kerjaanku memang sedang banyak-banyaknya. Ditambah ada jobdesk lain yang perlu aku selesaikan. Selain itu pikiran stress juga karena dapet pekerjaan baru di Bali dan harus pindah tanggal 30 April sedangkan persiapan belum ada sama sekali. Bisa dibayangkan?

Pukul 11.45 waktu Singapura Mariel janji untuk menjemputku di Paya Lebar MRT Station. Okay, I should'nt miss with the time. Mereka selalu tepat waktu. Tapi sesampainya di Bandara Changi Airport, aku ditahan ibu-ibu karena mereka nggak ngerti cara ngisi customs declaration untuk kepentingan imigrasi. Jadi diminta ngajarin gitu.. Setelah beberapa orang kubantu, akhirnya aku ijin pergi duluan. Selanjutnya aku juga malah dimintai tolong untuk membelikan seseorang pulsa roaming. Salahku sih, aku menawarkan dia karena dia butuh untuk menghubungi temannya dan wifi airport saat itu ngga nyambung di hpnya. Aku kira akan sebentar, tapi ternyata internet bankingku gangguan. Karena udah terlanjur janji, mau ngga mau aku bantu sampai benar2 bisa. Aku bantu orang, tapi jadwalku dengan Mariel jadi telat. Okay that's my mistake. Mungkin aku harus lebih mikir-mikir lagi kedepan kalau mau bantu orang mending jangan pas aku udah ada janji. Itu cukup merugikan aku sendiri. Kadang cuek juga penting ternyata. 

Sesampainya di Paya Lebar MRT Station, aku turun dengan eskalator dengan pandangan kosong sampai akhirnya terkaget karena ada seseorang yang memelukku dan itu Mariel! Yaampun dia ternyata benar-benar standby menungguku disana. Aku minta maaf karena telat dan sedikit menjelaskan kronologi keterlambatanku. No worries, balasnya. Dia membawaku masuk ke sebuah mall untuk memilih makanan. Tapi aku benar-benar sedang tidak mood makan. Aku butuh tidur, batinku. Aku dibawanya muter-muter dan akhirnya aku jujur bahwa aku sedang tidak enak badan. Aku hanya butuh jus Alpukat. Singkat cerita, aku dibawanya ke foodcourt dekat rumahnya untuk membeli makanan untuknya dan jus alpukat untukku. Aku benar-benar ngga enak. Datang malah di rawat.  

Kue dari Mariel

Landed Housing Model in Singapore
Aku diijinkannya menginap di rumahnya untuk satu malam. Karena aku hanya dua hari disana dan agenda utamaku pun dekat dengan rumah dia. Lalu siang itu aku istirahat untuk sejenak sampai jam 3 sebelum lanjut exploring tempat-tempat yang sudah kami list. Mandi, sholat, dan seperti biasa, muntah lagi. Jam 3 aku merasa lebih baik setelah tidur sebentar. Aku mandi dan siap-siap sebelum akhirnya aku chat dia bahwa aku sudah siap untuk jalan-jalan. Aku dimintanya untuk naik ke lantai dua, tempat dia mengerjakan kerjaan kantornya. Di ruang itu juga dia cerita bahwa ruangan tersebut merupakan ruang kerja untuk dirinya dan kakaknya. Jadi sharing room gitu. Tapi lutju..hihi..

Mariel dan Meja Kerjanya
Bennet's Gift for Mariel

View Landed Housing dari Ruang Kerja
Oke kami pergi. Aku lebih semangat dari sebelumnya, cuma satu sayangnya, panas. Aku dibawanya pergi ke The Interlace dengan Bus yang ternyata ngga begitu jauh. Aku benar-benar beruntung karena bisa masuk ke kawasan itu! Hurraaay.... FYI: The Interlace itu private apartement yang bener-bener ketat banget keamanannya. Then, kenapa aku bisa masuk kesana? HAHAHA Jadi begini ceritanya. Setelah turun dari bus, aku diminta untuk mengikuti Mariel. Ternyata dia following student who want to enter the site. Jadi kan kalau kita di belakangnya kan ngga mungkin ditutup pintunya. So, we didn't need the card to access. Kalau di Singapura itu masuk apartemen harus ada kartu akses, tapi kalau keluar ngga perlu kartu. Jadi yang penting bisa masuk dulu ajaa :D

Reading The Interlace's Signage
Human View for The Interlace
Facing The Children Playing Water Bubble  

We're exploring everything di dalam kawasan itu. Satu hal yang aku suka dari Mariel adalah dia ngga capek buat ngajak aku keliling exploring architectural place even her background isn't architecture like me. Background dia itu seni. Dia kerja di National Gallery of Singapore jadi bener-bener ngga tau tentang architecture, obviously.


Playing on The Ground

Mini Interlace for Playground

The Interlace Maps


Setelah puas berkeliling kawasan ini, ternyata Bennet nyamperin kita. Dia juga sama masuk dengan pura-pura mau mengeluarkan kartu tapi satpam keburu membukakannya pintu. Aiishh keren sekali mereka hahaha.. Akhirnya kita berkeliling lagi untuk yang kedua kalinya. Kali ini kami bertiga. Setelah selesai, kami pun pulang dengan mobil Bennet. Jadi kami bisa ke beberapa tempat tanpa perlu muter-muter jika dibawa oleh public transportation disana karena memang waktuku yang sangat singkat saat itu di Singapura. Thank you so much, Bennet!



We Discuss a Lot in The Car
The Big Dimsum as know as The Hive 


Selanjutnya mereka membawaku menuju ke sebuah kampus di mana The Hive berada. Ya! Nanyang Technological University. Aku benar-benar nggak nyangka bahwa Mariel benar-benar membawaku ke beberapa tempat yang menjadi wishing list aku. Awalnya aku kira mungkin hanya cukup ke satu tempat saja, dan tenyataa jeng-jeng..!!


Skylight of The Hive


Aku diajak mereka masuk ke bangunan yang menurut Mariel adalah transformasi dari dimsum. Haha! The Big Dimsum! Bener juga pikirku. Kami bertiga turun dari mobil dan masuk sampai lantai teratas. Disana kami bisa melihat berbagai macam pemandangan kota Singapura di malam hari dan kebetulan juga ada bulan cantik saat itu. Aku benar-benar bersyukur. Kami juga sempat masuk ke library dimana sebenarnya aksesnya juga private. Tetapi lagi-lagi mereka mencari akal dengan cara berpura-pura ke salah satu orang yang akan memasuki ruang perpustakaan dan menanyakan letak lift (karena kebetulan kalau mau ke lift, kita harus melewati ruang perpustakaan dahulu). Akhirnya Bennet meminta orang tersebut untuk mengijinkan kami memasuki perpustakaan daaan... akhirnya kita berhasil masuk perpustakaan. Lagi-lagi aku bersyukur. Perpustakaannya memang tidak terlalu besar karena perpustakaan tersebut bukan merupakan perpustakaan pusat, melainkan perpustakaan gedung The Hive. Tapi sensasinya bisa masuk itu loh.. benar-benar puas. Hehehe


The Hive's Maps
Singapore View from The Hive

Selesai dari The Hive, mereka lanjut membawaku ke gedung keren lainnya dari kampus ini yaitu gedung School of Art, Design, and Media. Bangunan yang unik karena naungannya diselimuti vegetasi alias gedung ini menggunakan prinsip green roof tops. So Gorgeous! Walaupun bakal lebih ciamik kalau dilihat di siang hari, tetapi aku punya kesan yang berbeda karena aku mengunjunginya di malam hari (dimana kebanyakan orang pasti mengunjunginya di siang hari). Selain itu, aku juga bisa mengakses gedung ini sampai dalam. Kok bisa? Seperti biasa.. Kami mengikuti orang yang akan masuk ke gedung dari belakang, jadi sebelum tertutup kami buru-buru masuk.

Gedung ini bisa diakses dua puluh empat jam. Bahkan aku lihat banyak banget orang-orang yang mungkin sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa sana yang masih ngerjain tugas. Ada yang buat maket 1:1 toilet dengan bahan beton, ada yang nari, ada yang kerja kelompok, bahkan ada juga yang mojok di atas gedung cuma berdua pula hahaha. Karena kami sedang naik sampai atas dan ngga enak mergokin mereka, akhirnya kami pura-pura nanya sesuatu gitu dan balik lagi ke bawah hehehe..


School of Art, Design and Media of NTU

View From The Roof Top of Building
Selesai dari NTU, mereka mengajakku makan. Sebenarnya aku masih nggak mood banget buat makan karena badan rasanya masih nolak buat di masukkin makanan (you know when you sick). Tapi aku yakin mereka pasti capek banget deh nemenin aku seharian. Then aku bilang aja kalau aku lapar. Dan mereka sangat gembira. Mariel dan Bennet mengajakku ke sebuah restaurant mewah disana, Woow..

Aku benar-benar nggak enak. Aku bingung mau pesan apa karena benar-benar ngga bisa makan. Akhirnya aku pesan Asparagus Soup dimana bayanganku bakal enak di leher karena anget-anget gitu kan. Tapi ternyata aku nggak suka. Baru dua suap aku langsung ijin ke belakang daan muntah. Repot banget dah aku jadi manusia. Aku mencoba untuk menghabiskannya karena nggak enak kalau sampe nggak habis. Nggak habis. Aku pesan makanan ngga habis dan seperti biasa, mereka mau menghabiskan makananku. Setiap kali aku makan dengan mereka, pasti mereka tidak akan pernah membiarkan makanan tersisa di depan kami. Akhirnya Bennet menghabiskan makananku. Aku salut banget sama dia. Dia juga sama sekali nggak marah, bahkan memberiku semua sisa kentangnya untuk aku makan sebagai ganti, juga menawariku es krim. Karena aku lehernya lagi ngga enak, aku menolak tawaran es krim mereka. Tapi karena takut di cap engga sopan, akhirnya aku hanya menyicipnya sesendok saja untuk es krim. :(


Mariel and Bennet Treat Me for Dinner

Dinner Time dengan Muka Pucet 

Kami pulang..

Di rumah Mariel ternyata ibunya sudah menunggu kedatangan kami. Beliau juga kelihatannya memang sengaja tidak tidur karena tahu ada aku (teman anaknya dari Indonesia). Kami berbincang cukup lama.. Humble bangeet hahah nanya udah kemana aja, ngapain aja, dan aku jawab seadanya karena kukira emang cuma mau tanya sedikit tapi malah nanyanya banyak.. Hope I can meet her in another days. Lanjut ke kamar dan tidur.

Esoknya.. tanggal 18 April.

Aku bangunkan Mariel ke kamarnya. That's the first time I go to her room. Ternyata kamarnya ada beberapa bed gitu dan dia tidur bersama-sama dengan saudaranya, biasanya. Tapi kebetulan saat itu dia tidur sendiri karena adiknya sedang kuliah di New Zealand. Pagi hari kami sempatkan sarapan diluar bersama ayah Mariel. Setelah itu lanjut pergi ke tujuan kami masing-masing tapi kami sempat mampir ke bangunan Singapore Sky Habitat. Kami hanya lihat-lihat dari luarnya aja karena jadwalnya mepet sebelum akhirnya kami berpisah di salah satu bus station. Hari itu adalah jadwal utamaku pergi ke Singapura, yakni untuk having interview with a company for a job. Tapi karena aku ngga dapet restu dari orang tua, dan kebetulan sudah diterima di Bali, and banyak juga yang merekomendasikanku ke Bali aja karena di Singapura butuh banyak modal (haha), akhirnya tujuan utamaku berganti menjadi jalan-jalan dengan Mariel! Yeay... Tapi aku tetap profesional hadir di undangan interview tersebut dan belajar banyak tentang "How to confident having intervew with internetional hiring manager". Hohooo



Sky Habitat Building
Interview Place from the Outside 

Sculpture in Orchard 

Waiting for the Bus in Orchard Road
Nyasar di National Museum of Singapore


Selesai interview Mariel ternyata ada pekerjaan yang ngga bisa ditinggal dan aku akhirnya jalan-jalan sendiri ke daerah Orchard buat ngecek harga iPad 2018 titipan pak Widi. Setelah itu aku sempetin pamit ke Mariel di National Gallery of Singapore sebelum balik ke Indonesia sorenya. Sesampainya disana dia meminta tasku dan hape untuk di charge terterlebih dahulu dan ngga nyangka ternyata dia juga ngajak aku jalan-jalan disekitar kantornya.



Kami pergi menuju Cavenagh Bridge dan dia membelikanku es krim Singapura sambil jalan-jalan di sekitar sungai. Setelah itu dia mengajakku ke bangunan untuk para pengacara dimana kalau mau masuk ke bangunan itu semua badan di scan dan ketat seperti di bandara. Kenapa dia mengajakku bangunan tersebut? Karena top floor bangunan tersebut seperti piringan terbang! Tapi ngga sempat ambil foto banyak karena memang tidak diperbolehkan. dan kita bisa lihat kota Singapura dari atas gedung hampir 180 derajat karena viewnya melingkar dengan material kaca. Supreme Court, nama bangunannya.
Image result for Supreme Court singapore




Selesai dari bangunan tersebut, kami balik lagi ke kantor Mariel untuk mengambil barang-barangku. Disana dia memperkenalkanku dengan beberapa temannya dan sedikit perbincangan akhirnya terjadi saat itu. Aku benar-benar bangga dengan dia karena dia dihargai banyak orang. Kami berpamitan dengan teman Mariel. Mariel mengantarku hingga MRT station sampai akhirnya kami benar-benar berpamitan. Sedih, tapi aku yakin kami bakal bertemu lagi di kesempatan lain.

Aku pergi ke Bandara dengan kereta yang langsung menuju Changi Airport. Aku sempat jalan-jalan ke kawasan baru di daerah bandara yakni Jewel Changi Airport. Setelah puas eksplorasi, aku akhirnya boarding karena sudah lelah sekali kaki ini hahaha. Pukul 19.00 waktu Singapura pesawatku take off dan landing mulus sekitar pukul 20.00 WIB.

Alhamdulillah..
Selesai.

Komentar