Enemies on Story

Hari ini aku bakal sharing tentang lagu yang baru-baru ini aku sukai: Enemies by Lauv. 

Enemies dalam bahasa Indonesia berarti musuh, tapi bukan berarti aku suka untuk menjadi musuh ataupun mempunyai musuh. Hehehe

Lagu "enemies" ini mungkin menjadi perwakilan batin bagi sebagian orang karena lagu ini juga mungkin tercipta atas pengalaman pribadi penyanyinya atau mungkin penulis lagunya (?)

Aku sudah menuliskan review tentang lagu ini di webku. But for this blog, which exists for mt personal stories, jadi aku bakalan share tentang pengalamanku based on this song's story.

Karena blog ini juga sudah aku share public (walaupun tersirat), aku ngga bakal cerita terlalu detail karena mungkin akan berbuntut panjang jika beberapa pihak terkait membacanya hahaha.. So, let me start it.

Aku pernah mengalami pengalaman ini dengan seorang temanku. Kami awalnya sangat dekat sebagai teman. Hanya sebatas teman. Tapi, benar kata orang jawa: witing tresno jalaran soko kulino. Datangnya cinta itu karena sering bersama. Awalnya pertemanan kami itu berjalan sama dengan teman-teman yang lainnya. Berjalan seperti biasa, tapi memang sangat dekat (but no in relationship as a boyfriend). Tapi ada satu titik dimana semua jadi serba canggung. kami yang biasanya nugas bersama, jalan keluar karena gabut bareng, belanja bareng, sampe makan bareng saat itu semua jadi benar-benar serba stuck gitu. Aku ngga ngerti apa dia ngerasain hal yang sama atau engga. Tapi sepertinya iya karena sikap dia juga benar2 berubah. Jadi lebih jaga sikap, lebih jaga image, pokoknya aneh banget. Perhatian juga dan ini lumayan berlebihan. Dasar cewe kalau di perhatiin luluh ya?

Lalu kemudian hubungan kami menjadi sangat renggang. Berawal dari aku yang sibuk dengan lingkungan baruku, dan dia juga yang sibuk dengan lingkungan barunya. Kemudian dia juga mulai menjudge-ku dengan statement "teman baru bikin lupa teman lama". Dan kabar ini aku dengar melalui orang lain! Whaaat!?? Apa dia ngga sadar kalau dia juga gitu?

Kemudian ada di satu momen dimana dia datang dan aku benar2 tidak mau menemuinya. Tetapi dia berusaha untuk tetap disitu sampai akhirnya dia "memohon". Oke, kalau laki2 udah seperti ini, itu berarti dia udah ada di titik kejujuran dia. Lalu aku meminta maaf. Kami berdamai saat itu. Apakah selesai sampai disitu? Tentu tidak.

Semenjak kejadian itu, hubungan kami justru makin canggung. Makin seperti musuh. Berusaha menjauh dan tidak saling tegur sapa. Entah siapa yang salah, sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja posisi kami memang dalam keadaan sama2 saling menjaga hati orang lain. Aku tahu ini benar-benar menyakitkan, karena aku juga merasakannya. Tetapi apa setelah semua yang sudah dilewati harus berakhir jelek seperti ini?

Dan aku rasa ini harus segera diselesaikan. Tidak mungkin aku melabelkannya dengan julukan “mantan teman”. Tetapi tetap saja hal itu terjadi. Sebenarnya ada beberapa orang yang ingin sekali ku salahkan atas semua ini karena mereka membiarkan keadaan ini berlarut2. Tapi aku pasrah. Aku gamau kalau nantinya aku malah jadi pengganggu hidupnya.

Puncak kesedihanku adalah ketika dia menghubungi temanku dengan videocall tetapi dia benar2 tidak bertanya barang satu katapun kepadaku. Disitu aku benar2 sedih. Teman yang dulu selalu bersama denganku sekarang benar2 tidak mau berteman denganku? Sepertinya dia memang tidak mau berteman denganku lagi.

Di perjalanan pulang, aku dibonceng oleh salah seorang temanku yang juga dekat dengan dia. Saking sedihnya, aku benar2 mengutarakan kekecewaanku atas dia yang tidak menyapaku sama sekali. Tangisku pecah saat itu dalam perjalanan, untunglah karena jadi tidak terdengar oleh temanku itu. Dan hal mengejutkan terjadi. Temanku bilang, ternyata si dia, memang mengagumiku dari awal. Dia salut dengan perjuanganku awal-awal saat masuk kuliah. Dia mengagumi bagaimana caraku membagi waktu atas kuliah, pekerjaan, dan organisasi. Dia bilang aku adalah perempuan yang sangat tegar di mata dia. Selanjutnya temanku juga bercerita hal lain tentang curhatan si dia terhadapku. Tapi aku tidak dengar karena suara kendaraan di jalan mengalahkan suara temanku. Dan akupun pada saat itu tidak terlalu ingin tahu karena aku sudah kesal dengan dia! Dan kemudian aku sadar lalu dalam hati bertanya, kenapa aku harus mendengar semua ini saat aku dengan dia dalam hubungan yang sedang tidak baik-baik?

Semua terjadi begitu cepat sampai akhirnya kami lulus, bekerja dan memiliki kesibukan masing2.

Saat ini hubungan kami membaik, karena salah satu dari kami mengalah dengan ego. Tetapi tentu tidak sama seperti dulu. Tidak selepas dulu saat kami berteman. Everything will be going complicated when you start adoring your best friend. Avoid that as long as you can.

Komentar